Sabtu, 14 Januari 2012

MEREVISI PEMBELAJARAN


MEREVISI PEMBELAJARAN
Dalam pembelajaran setelah melakukan kegiatan penilaian kepada peserta didik dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Maka tatkala diketahui tingkat keberhasilannya dibawah 75% ,seorang guru harus melakukan revisi terhadap pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran.
Revisi ini akan tidak efektif manakala salah satu tahapan dalam proses pembelajaran tidak dilalui. Ini merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Revisi pembelajaran dapat dikatakan sebagai tindak lanjut setelahnya guru melakukan penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Sumber :
Achmad  Noor  Fatirul, Power Point Pengembangan Sistim Pembelajaran

KONSEP PENILAIAN


KONSEP PENILAIAN
Penilaian Formatif dan Sumatif
Penilaian formatif dilaksanakan selama program berlangsung untuk memberikan informasi berguna kepada pimpinan program untuk perbaikan. Sedangkan penilaian sumatif berlangsung pada akhir program untuk memberikan informasi yang potensial tentang manfaat program. Berdasarkan hasil tes formatif maka perbaikan dilakukan sebelum pembelajaran dapat dilanjutkan. Pada saat pembelajaran berakhir maka dilakukan tes sumatif. Kedua penilaian ini penting karena keputusan diperlukan selama proses, tingkat perkembangan kegiatan, untuk memperbaiki dan memperkuat setelah stabil, untuk menilai manfaat, dan menentukan masa depan kegiatan. Proses perkembangan tanpa penilaian formatif tidak akan lengkap dan tidak efektif. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi kegunaan penilaian formatif, yaitu kontrol dan waktu. Bila saran dan perbaikan akan dijalankan supaya dapat berguna, maka penilaian formatif diperlukan sebagai kontrol. Informasi yang diberikan kepada administrator terlambat akan sia-sia. Jadi informasi harus diberikan tepat pada waktunya.
Penilaian Internal dan Eksternal
Sesuai dengan namanya maka penilaian internal dilakukan oleh penilai dari dalam dan penialain eksternal dilakukan oleh penilai dari luar program. Penilai internal tentu lebih banyak mengetahui tentang programnya daripada penilai eksternal, tetapi sulit untuk dapat objektif 100%. Penilai internal mungkin lebih mengetahui hal-hal secara rinci, namun kurang mengetahui hal-hal yang penting dan kritis. Namun pendapat bahwa kredibilitas penilaian akan bertambah apabila dilakukan oleh penilai eksternal tidak selalu benar. Kredibilitas penilaian terletak pada persiapan dan profesi penilai yang membuat merdeka dan jujur dalam menjalankan tugasnya. Bukan pada objektivitas penilai secara inheren. Kontrol melalui upah dan penghasilan tambahan malah akan lebih berpengaruh terhadap objektivitas dan kejujuran  Di samping itu tempat dan konteks penilai berada sedikit banyak dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.(Tayibnapis, 2000: 41)
Konsep Gabungan
Konsep penilaian gabungan memungkinkan adanya kombinasi antara penilaian internal dan eksternal. Dimensi penilaian formatif dan sumatif dapat dikombinasikan dengan dimensi penilaian eksternal dan internal. Kombinasi ini bertujuan untuk menghindari keterbatasan yang ada pada masing-masing dimensi  dan mengambil manfaat dan kelebihan-kelebihannya. Peranan yang paling umum adalah kombinasi penilaian internal formatif dan eksternal sumatif. Peranan penting penilaian formatif eksternal hampir tak diacuhkan dalam penilaian pendidikan. Namun demikian perlu diingat bahwa program pendidikan memerlukan penilaian formatif dan sumatif untuk perbaikan dan perkembangannya.
Sumber : http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/konsep-penilaian

Jumat, 13 Januari 2012

MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN


MELAKUKAN ANALISIS PEMBELAJARAN

Pengertian Analisis Pembelajaran
Analisis pembelajaran adalah suatu proses penjabaran prilaku umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sisitematis. Dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir.
Dick and Carey menjelaskan bahwa analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan identifikasi   langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu tujuan dan kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan.
Macam Struktur Prilaku
Apabila prilaku umum dijabarkan menjadi prilaku khusus akan terdapat 4 macam susunan prilaku yaitu:
1. Struktur Hirarkikal
Yaitu kedudukan dua prilaku yang menunjukkan bahwa salah satu prilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai prilaku yang lain.
2. Struktur Prosedural
Yaitu kedudukan beberapa prilaku yang menunjukkan satu seri urutan prilaku tetapi tadak ada yang menjadi prilaku prasyarat untuk yang lain. walaupun kedua prilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu prilaku umum, Setiap prilaku itu dapat dipelajari secara terpisah.
3. Struktur Pengelompokan
Yaitu prilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lain, meski semuanya berhubungan.
4. Struktur kombinasi.
Yaitu suatu prilaku umum bila diuraikan menjadi prilaku khusus sebagian besar terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarki, prosedural dan pengelompokan.

Langkah-langkah melakukan analisis pembelajaran.
1. Menuliskan prilaku umum yang ditulis dalam TPU untuk mata pelajaran yang sedang dikembangkan.
2. Menuliskan setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari prilaku umum. Jumlah prilaku khusus untuk setiap prilaku umum berkisar antara 5-10 buah, bila sangat dibutuhkan dapat ditambah.
3. Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum. Prilaku khusus yang terdekat hubungannya dengan prilaku umum diteruskan mundur sampai prilaku yang sangat jauh dari prilaku umum.
4. Menambahkan prilaku khusus atau kalau perlu dikurangi
5. Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu/ kertas ukuran 3x5 cm.
6. Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis prosedural, atau dikelompokkan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu lain.
7. Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan masing-masing.
8. Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun. Hubungkan kotak-kotak yang telah digambar dengan garis-garis vertikal dan horisontal untuk menyatakan hirarkhikal, prosedural dan pengelompokkan.
9. Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu dengan yang lain atauprilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda.
10.Memberi nomer urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari yang terjauh hingga yang terdekat dari prilaku umum.
Penomeran ini menunjukkan prilaku khusus yang terstruktur herarkhikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Sedangkan pemberian nomer urut prilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutannya dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks.
 Pemberian nomer urut prilaku-prilaku khusus yang terstruktur pengelompokan dilakukan dengan cara yang sama dengan struktur prosedural.
11. Mengkonsultasikan bagan yang telah dibuat dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan antara lain tentang:
a. Lengkap-tidaknya prilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap prilaku  umum.
b.  Logis-tidaknya urutan prilaku-prilaku khusus menuju prilaku umum.
c.  Struktur hubungan prilaku-prilaku khusus tersebut. (herarkhikal
     prosedural, pengelompokan atau kombinasi).

DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman, Desain Instructional, Proyek pengembangan Universitas Terbuka Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Dick, Walter and Carey Lou, The Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey 1990.

Rabu, 11 Januari 2012

PENILAIAN FORMATIF


PENILAIAN FORMATIF
Pengertian Penilaian Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23).
Menurut Scriven (1991) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009), evaluasi/penilaian formatif adalah suatu evaluasi yang biasanya dilakukan ketika suatu produk atau program tertentu sedang dikembangkan dan biasanya dilakukan lebih dari sekali dengan tujuan untuk melakukan perbaikan. Sedangkan Weston, McAlpine dan Bordonaro (1995) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) menjelaskan bahwa tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program. Hal ini senada dengan Worthen dan Sanders (1997) dalam diktat teori dan praktek evaluasi program bimbingan dan konseling (Aip Badrujaman, 2009) yang menyatakan bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif yang bermanfaat untuk memperbaiki suatu program. Baker mengatakan ada dua faktor yang mempengaruhi kegunaan evaluasi formatif, yaitu kontrol dan waktu. Bila saran perbaikan akan dijalankan, maka evaluasi formatif diperlukan sebagai kontrol. Informasi yang diberikan menjadi jaminan apakah kelemahan dapat diperbaiki. Apabila informasi mengenai kelemahan tersebut terlambat sampai kepada pengambilan keputusan, maka evaluasi bersifat sia-sia.
Penilaian formatif dapat menanggapi program dalam konteks yang dinamis, dan berusaha untuk memperbaki keadaan yang berantakan dari kerumitan yang merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari berbagai bentuk program dalam lingkungan kebijakan yang berubah-ubah. Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program baik pada konteks organisasi, personil, struktur, dan prosedur menjadi fokus penilaian formatif.
Penilaian formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan prog
Karakteristik Penilaian Formatif

1.  Penilaian bersifat membangun Identifikasi objektif baru dan cara maju ke depan.
2.  Sering  dan informal.
3.  Memberikan petunjuk apa yang siswa dan guru harus lakukan kali berikutnya untuk menjadi lebih bermakna.
4.  Memberikan masukan bagi guru dan siswa atas kinerja, kekuatan dan kelemahan mereka saat ini sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
5.  Bagian integral dari proses belajar mengajar sehari-hari.
6.  Dirancang untuk positif, suportif, bermanfaat, serta memotivasi guru dan siswa.
7.  Dapat dikerjakan melalui proses negosiasi, diskusi, dan perjanjian antara guru dan siswa.
8.  Kadang disebut diagnostik karena menolong guru untuk memberikan diagnosa dibidang apa siswa membutuhkan bantuan tambahan.
Penilaian formatif memiliki sifat berkesinambungan dan mengidentifikasi objektif pembelajaran baru dan langkah ke depan untuk memenuhi objektif pembelajaran. Penilaian formatif sering kali disebut penilaian untuk pembelajaran atau penilaian edukatif, Karena digunakan untuk meningkatkan pembelajaran.

Fungsi, Tujuan dan Manfaat Penilaian Formatif
a.    Fungsi dan Tujuan Evaluasi Formatif
Fungsi dari evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar-mengajar.
b.    Manfaat Evaluasi
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh Suharsimi Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang penjabarannya sebagai berikut:
1)      Manfaat bagi siswa:
a)    Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh atau belum
b)   Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat
c) Untuk perbaikan belajar siswa
d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
2) Manfaat bagi guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa
3) Manfaat bagi program sekolah:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai atau tidak
d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau tidak (Arikunto, 1996: 34-36)
Waktu Pelaksanaan
Sesuai dengan fungsi dan tujuan evaluasi formatif, maka evaluasi ini dilakukan untuk menilai hasil belajar jangka pendek dari suatu proses belajar mengajar atau pada akhir unit pelajaran yang singkat yaitu satuan pelajaran. Sebab perbaikan belajar mengajar itu hanya mungkin jika dilakukan secara sistematis dan bertahap.
Aspek Tingkah Laku Yang Dinilai
Aspek tingkah laku yang dinilai dari evaluasi formatif ini cenderung terbatas pada segi kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (ketrampilan) yang terkandung dalam tujuan pembelajaran. Untuk menilai segi afektif (sikap dan nilai), maka penggunaan penilaian formatif tidaklah tepat. Sebab untuk menilai perkembangan segi afektif ini diperlukan periode pengajaran yang cukup panjang.
Cara Menyusun Soal
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka evaluasi ini harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga benar-benar mengukur tujuan khusus pengajaran yang dicapai. Oleh karena itu, soal harus dibuat secara langsung dengan menjabarkantujuan khusus pengajaran ke dalam bentuk pertanyaan. Pada evaluasi formatif ini, masalah tingkat kesukaran dan daya pembeda tiap-tiap soal tes tidak begitu penting.
Pendekatan Evaluasi Yang Digunakan
Sesuai dengan fungsi evaluasi formatif, maka sasaran penilaian adalah kecakapan nyata setiap peserta didik. Oleh karena itu, pendekatan dalam penilaian evaluasi formatif adalah penilaian yang bersumber pada kriteria mutlak.
Cara Pengolahan Hasil Penilaian
Ada beberapa cara pengolahan hasil evaluasi formatif. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
i. Menghitung presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal.
Dengan melihat hasil presentase ini, guru akan dapat mengetahui sejauh mana tujuan khusus pengajaran (TKP) yang bersangkutan dengan soal telah dicapai atau dikuasai oleh kelas.
ii. Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Dengan kata lain, berapa persen kah dari bahan yang telah disajikan itu dikuasai kelas. Cara pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan, apakah keterangan apakah kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan telah tercapai.
iii. Menghitung presentase jawaban yang benar yang dicapai setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan. Dengan angka presentase ini, guru akan dapat mengetahui sampai berapa jauh penguasaan setiap peserta didik atas bahan yang telah diajarkan. Dengan kata lain, sejauh mana tingkat keberhasilan setiap peserta didik atas unit pengajaran yang telah diajarkan ditinjau dari sudut kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan atau yang telah ditetapkan.
Penggunaan Hasil Evaluasi
Hasil pengolahan evaluasi formatif sebagaimana disebutkan di atas, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
i.      Atas dasar angka presentase peserta didik yang gagal dalam setiap soal. Guru dapat mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang bersangkutan dengan soal tes perlu dibicarakan lagi secara umum atau tidak.
ii. Atas dasar angka presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuannya dalam mengajar. Jika angka itu belum mencapai kriteria keberhasilan umpamanya, maka guru akan mencari sebabnya dan kemudian ia akan memikirkan perbaikan-perbaikan apa yang perlu diadakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efisien dan efektif sehingga kriteria keberhasilan itu dapat tercapai.
iii. Dengan mengetahui presentase jawaban yang benar dari setiap peserta didik dalam tes secara keseluruhan, guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada pada setiap peserta didik sehingga guru mendapat bahan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan apakah peserta didik perlu dapat bantuan atau pelayanan khusus dari guru untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. (Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-175)
Contoh Evaluasi Formatif
Berikut ini akan disajikan bentuk-bentuk contoh evaluasi formatif dengan berbagai pengolahan:
1) Mengolah hasil setiap tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan penjabaran dari kompetensi dasar dalam satuan pengajaran. Dalam pengelolaan ini, kita mencari presentase gagal pada setiap soal dari keseluruhan peserta didik pengikut tes.
Misalnya: pada satuan pelajaran PAI untuk SMP kelas IX berdasarkan tujuan-tujuan pembelajaran yang ada disusun soal-soal tes sebagai alat evaluasi. Setelah tes dilakukan, kita periksa dan kita hitung berapa persen peserta didik yang gagal pada setiap soal.
Bidang pengajaran : PAI
Semester : I
Kelas : IX
Jumlah peseta didik : 40 orang
Pokok bahasan :
- Pengertian Iman kepada hari Kiamat
- Peristiwa-peristiwa setelah hari kiamat
Soal-soal tes Presentase peserta didik yang gagal
1. Jelaskan pengertian iman kepada hari kiamat! 25 %
2. Peristiwa-peristiwa apakah yang terjadi setelah hari kiamat? 27,5 %
Soal no 1. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 30 orang peserta didik yang menjawab dengan tepat. Ini berarti ada 10 orang peserta didik yang gagal.
Jadi: 10/40 x 100 % = 25 % peserta didik yang gagal.
Soal no 2. Dari 40 orang pengikut tes terdapat 25 orang peserta didik yang menjawab dengan tepat. Ini berarti ada 15 orang peserta didik yang gagal.
Jadi: 15/40 x 100 % = 27,5 % peserta didik yang gagal.